Berikut Cerita-cerita Terselubung Mantan Presiden RI
Ir.Soekarno, dikutip dari blog-unikdanmenarik.blogspot.com
1. Perintah pertama Soekarno sebagai
Presiden
Sosok Soekarno punya seribu cerita unik yang mengundang senyum. Kira-kira apa perintah pertama Presiden Soekarno saat menjadi Presiden?
Sehari
setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) bersidang. Mereka menetapkan Soekarno
sebagai Presiden RI pertama dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI.
Tidak
ada debat sengit dalam sidang di Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon itu.
Sederhana saja, PPKI memilih Soekarno sebagai presiden. Berbeda sekali dengan
sidang paripurna di DPR yang penuh keriuhan, protes serta gontok-gontokan.
Kisah
ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams “Bung
Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno
tahun 2007.
“Nah
kita sudah bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan seorang
Presiden. Bagaimana kalau kita memilih Soekarno?”
Soekarno
pun menjawab, “Baiklah.”
Sesederhana
itu. Maka jadilah Soekarno sebagai Presiden pertama RI. Namanya negara yang
baru seumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar Soekarno. Maka
Soekarno pun pulang berjalan kaki.
“Di
jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima. Paduka Yang
Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang bertelanjang kaki itu
dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama. Sate ayam 50 tusuk!”
ujar Soekarno.
Itulah
perintah pertama presiden RI. “Sate ayam 50 tusuk!”
Soekarno
kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil berjongkok, Paduka
Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu menghabiskan sate ayam 50 tusuk
dengan lahap. Itulah pesta perayaan pelantikannya sebagai Presiden RI.
Saat Soekarno pulang ke rumah, dia menyampaikan dirinya telah dipilih menjadi Presiden pada Fatmawati, istrinya. Fatmawati tidak melompat-lompat kegirangan. Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya sebelum meninggal.
Saat Soekarno pulang ke rumah, dia menyampaikan dirinya telah dipilih menjadi Presiden pada Fatmawati, istrinya. Fatmawati tidak melompat-lompat kegirangan. Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya sebelum meninggal.
“Di
malam sebelum bapak meninggal, hanya tinggal kami berdua yang belum tidur. Aku
memijitnya untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba beliau berkata ‘Aku
melihat pertanda secara kebatinan bahwa tidak lama lagi…dalam waktu
dekat…anakku akan tinggal di istana yang besar dan putih itu’. Jadi ini tidak
mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah meramalkannya,” ujar Fatmawati
tenang.
Soekarno memang ditakdirkan jadi orang besar dengan segala ceritanya.
Soekarno memang ditakdirkan jadi orang besar dengan segala ceritanya.
2. Soekarno cinta budaya bangsa
Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita
wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang
jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di
batu tulisnya.
Saat
ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang memberi kekuatan
pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan
menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah
Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia.
“Pertunjukan
wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia juga
menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan hitam
di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan
atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat,” ujar Soekarno
dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams “Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat
Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007.
Soekarno
tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari seantero
negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang dilakukan
oleh penduduk Papua.
Karena
kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan aneka
lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno
selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut.
Dia
menghargai setiap seniman, budayawan hingga penabuh gamelan. Soekarno akan
meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi,
di samping bicara politik.
Saat-saat
diasingkan di Istana Bogor selepas G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan
mengiventarisir musik-musik keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan
kemudian menghilang. Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong,
Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya keroncong.
3. Ketika Bung Karno paksa
Belanda memikul sepeda
Ada saja cerita lucu yang datang dari Bung Karno, proklamator yang lahir pada 6
Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970. Sebuah cerita lucu dituturkan
istrinya Fatmawati. Fatmawati menjadi Ibu Negara Indonesia dari tahun 1945
hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Soekarno. Fatmawati juga
dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang
turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Fatmawati
mengakui kadang kali ada kelucuan daripada pembawaan Soekarno. Bila Bung Karno
sudah melucu, dirinya jadi terpingkal-pingkal dibuatnya. Menurut Fatmawati,
Bung Karno pernah bercerita kalau dirinya senang berkelakar. Senang mendengar
dan bercerita yang lucu. Dan kelucuan Bung Karno bukanlah kelucuan seorang
badut, tapi sikap eksentrik seorang pemikir.
Menurut
Fatmawati, ketika Bung Karno dibuntuti polisi Belanda, polisi Belanda tersebut
dipaksa untuk memikul sepedanya. Bung Karno tahu kalau dirinya selalu diikuti
oleh serdadu Belanda. Sedikit saja Bung Karno melanggar hukum, Belanda dengan
cepat mengirimnya ke dalam bui. Justru karena tahu polisi Belanda tidak boleh
melepaskan pandangan mengikuti jejaknya, membuat dia sering mempermainkan
polisi Belanda.
Waktu
itu, Bung Karno sedang bersepeda, seorang polisi mengikutinya dari belakang.
Bung Karno sengaja tidak mempercepat laju sepedanya. Dia menggenjot dengan
santai saja. Polisi belanda itu pun santai pula mengikuti dari kejauhan.
Tiba-tiba timbul pikiran membikin polisi itu repot. Di tepi persawahan, Bung
Karno berhenti dan meninggalkan sepedanya di sana. Kemudian Bung Karno berjalan
meniti pematang, menuju suatu perkampungan yang agak jauh letaknya, tempat
seorang temannya tinggal. Bung Karno tahu, sepedanya tidak akan ada yang
mengambil.
“Bung
Karno tahu, polisi itu tidak berani membiarkan dirinya lepas dari pandangannya.
Dia wajib menguntit Soekarno terus,” cerita Fatmawati dikutip dari buku Bung
Karno Masa Muda’ Penerbit: Pustaka Yayasan Antar Kota, Jakarta, 1978.
Tapi
kesulitannya sekarang adalah sepedanya tidak boleh ditinggalkan begitu saja
seperti sepeda Bung Karno. Disiplin melarang polisi Belanda meninggalkan
sepedanya di jalanan. Akhirnya terpaksa polisi itu memikul sepedanya meniti
pematang sambil terseok-seok. Sesekali polisi itu kejeblos masuk lumpur sawah
dengan bebannya yang cukup berat. Dia tidak berani membiarkan Bung Karno bebas
berkeliaran di luar pengawasannya.
Sedangkan
Bung Karno yang punya pikiran nakal itu enak saja meniti pematang panjang
menuju perkampungan. Dia dengan jalan lenggang kangkung, sementara di belakang
sang polisi dengan geram mengikutinya.
Itulah
beberapa keping perbuatan Soekarno yang terkadang lucu, menurut Fatmawati
sering membuat dia terpingkal-pingkal mendengarnya.
4. Bung Karno dan Ibu
Fatmawati, tak pernah ingat kapan menikah
Di zaman modern, ada tradisi memperingati ulang tahun perkimpoian. Kalau 25 tahun perkimpoian disebut kimpoi perak, sementara 50 tahun perkimpoian disebut kimpoi emas. Tetapi, menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun perkimpoian
Di zaman modern, ada tradisi memperingati ulang tahun perkimpoian. Kalau 25 tahun perkimpoian disebut kimpoi perak, sementara 50 tahun perkimpoian disebut kimpoi emas. Tetapi, menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun perkimpoian
Jangankan
kimpoi perak atau kimpoi emas, ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2 atau ke-3 saja
tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak pernah ingat kapan
menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman sedang
dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru
datang untuk menjajah Indonesia.
“Kami
tidak pernah merayakan kimpoi perak atau kimpoi emas. Sebab kami anggap itu
soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar
yang hebat dan dahsyat,” begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa
Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.
Kehidupan
pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua
tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini
belum selesai, justru saat itu perjuangan fisik mencapai puncaknya. Bung Karno
pastinya terlibat dalam setiap momen-momen penting perjuangan bangsa.
Pasangan
ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada
saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati,
Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal memiliki bakat kesenian
tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno adalah sosok pengagum karya seni,
sementara Ibu Fatmawati sangat pandai menari.
5. Saat Soekarno kencingi Hatta
Tanggal 8 Agustus 1945, pemimpin tertinggi pasukan Jepang di Asia Tenggara,
Jenderal Terauchi memanggil Soekarno dan Mohammad Hatta ke Vietnam. Terauchi
sama sekali tidak menjelaskan apa maksudnya. Hal ini membuat Soekarno dan Hatta
bertanya-tanya.
Berangkatlah
mereka dengan diiringi 20 pejabat tinggi militer Jepang. Pesawat yang
ditumpangi Soekarno penuh sesak. Tapi tak ada yang mau bicara soal alasan
pemanggilan tersebut.
Ternyata
pertemuan Soekarno-Hatta dengan Terauchi di Dalath ini sangat penting dalam
sejarah Indonesia. Jepang mengaku tidak akan menghalang-halangi kemerdekaan
Indonesia. Jepang sadar mereka sudah dikalahkan pasukan sekutu. Kondisi
peperangan sama sekali berubah. Jepang sudah kalah habis-habisan dalam perang
dunia II di Pasifik.
Kisah
ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams “Bung
Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno
tahun 2007.
Maka
dengan membawa berita baik itu, pulanglah Soekarno dan Hatta ke Indonesia. Kali
ini mereka tidak naik pesawat penumpang yang bagus seperti saat berangkat.
Mereka naik pesawat pembom yang sudah rongsokan. Banyak lubang bekas tembakan
di badan pesawat itu.
Pesawat
itu juga tidak memiliki tempat duduk. Para penumpang duduk di lantai pesawat
atau berbaring. Tidak ada juga pemanas, sehingga para penumpang menggigil
kedinginan. Parahnya, tidak ada juga kamar kecil.
Nah,
yang jadi masalah, saat itu Soekarno ingin kencing. Dia berbisik pada Suharto,
dokter pribadinya.
“Aku
ingin kencing. Apa yang harus kulakukan?” bisik Soekarno.
Suharto
juga bingung, tidak ada kamar kecil. Maka dia menunjuk bagian ekor pesawat yang
penuh lubang bekas tembakan. “Tidak ada tempatnya, jadi tidak ada jalan lain.
Bung harus kencing di sana,” kata Suharto.
“Baiklah.
Aku melangkah pelan-pelan ke bagian belakang pesawat dan melampiaskan hajatku.
Dan baru aku mulai, tiupan angin yang keras menghempas melalui lubang-lubang
bekas peluru dan menyemburkan air itu ke seluruh ruangan pesawat. Kawan-kawanku
yang malang itu mandi dengan air istimewa,” beber Soekarno.
Saat
mendarat di Jakarta, para pemimpin bangsa itu masih setengah basah dengan air kencing
sang pemimpin besar revolusi. Tak dijelaskan bagaimana reaksi Hatta dan yang
lainnya saat terkena air kencing Soekarno.
6. Soekarno menipu Belanda
dengan telur dan Alquran
Bung Karno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi
cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas
Soekarno di PNI inilah yang membuat dia mendekam di penjara Banceuy dan
kemudian dipindahkan ke Sukamiskin pada tahun 1930.
Saat
dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan
hidup dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini
atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo.
Saat
dipindahkan ke penjara Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin keras
dan ketat. Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk
mengisolasi Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan
dengan para tahanan ‘elite’. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari
orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu
saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang
bersemangat membahas perjuangan kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan
adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal yang tidak penting.
Beberapa
bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno dengan
rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus sama sekali. Tapi sebenarnya, ada
berbagai cara dan akal yang dilakukan Soekarno untuk tetap mendapat informasi
dari luar.
Hal
itu terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman makanan
dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit itu selalu
diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung Karno.
Seperti
yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku ‘Bung Karno Masa Muda’
terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi untuk
mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur asin,
artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun dia
hanya bisa menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa
menjelaskan secara detail.
Seiring
berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang lebih
canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. Namun, telur
tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih detail mengenai
kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di telur berarti semua
kabar baik, dua tusukan artinya seorang teman ditangkap, dan tiga tusukan
berarti ada penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis pergerakan
kemerdekaan.
Ada
lagi cara yang lebih rumit dengan menggunakan media buku-buku agama hingga
Alquran. Inggit yang mendapat jatah berkunjung dua kali sepekan diizinkan
membawa buku-buku agama dan Alquran. Misalnya, Bung Karno dikirimi Alquran
tanggal 24 bulan April. Maka Bung Karno harus membuka surat Alquran keempat di
halaman 24. Di bawah huruf-huruf tertentu pada halaman tersebut terdapat
lubang-lubang kecil seperti huruf Braille. Contohnya di bawah huruf B ada
tusukan, selanjutnya di bawah huruf U, dan seterusnya, hingga membentuk
rangkaian kata dan kalimat yang berisi kabar dari rekan-rekan seperjuangannya
yang berada di luar penjara.
Satu
lagi model komunikasi yang digunakan Bung Karno. Cara ini dipilih Ibu Wardoyo,
yang selalu menemani Inggit membesuk ke penjara Sukamiskin. Dia menggunakan
bahasa tubuh seperti menarik telinga, menyilangkan jari, mengedipkan mata,
menggerakan satu tangan, hingga menggerakkan bagian muka. Semua kode itu sudah
dipahami maknanya oleh Bung Karno.
Selama
menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada tanggal 31
Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua orangtuanya yang
berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka Raden Soekemi Sosrodihardjo
dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang mereka banggakan itu
berada di tempat hina yakni penjara dan dalam posisi yang tidak berdaya.
Apalagi,
saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian kurus dan
hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam
dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan
tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap,
dan dingin.
7. Soekarno soal cerutu
Kuba, Che dan Castro
Che Guevara lebih dulu berkunjung ke Indonesia tahun 1959. El Comandante ini
berdiskusi panjang lebar soal revolusi di Indonesia. Pada waktu itu, Che juga
merupakan wakil resmi pemerintah Kuba untuk membicarakan hubungan dagang antar
kedua negara. Soekarno cocok dengan pribadi Che. Keduanya penuh energi dan
bergaya informal..
Che
sempat berwisata ke Candi Borobudur. Dia yang terkesan dengan Soekarno kemudian
mengundang Soekarno untuk ganti berkunjung ke Kuba.
Maka tahun 1960, Soekarno yang melawat ke Kuba. Pemimpin Kuba Fidel Castro langsung menyambutnya di Bandara Havana. Soekarno disambut meriah. Warga Kuba berdiri di sepanjang jalan membentangkan poster bertuliskan ‘Viva President Soekarno’.
Maka tahun 1960, Soekarno yang melawat ke Kuba. Pemimpin Kuba Fidel Castro langsung menyambutnya di Bandara Havana. Soekarno disambut meriah. Warga Kuba berdiri di sepanjang jalan membentangkan poster bertuliskan ‘Viva President Soekarno’.
Fidel
Castro yang juga anti-Amerika klop dengan Soekarno. Sejarah menunjukkan
keduanya tidak pernah mau didikte Amerika Serikat.
Soekarno
menghadiahi Castro keris, senjata asli Indonesia. Mereka tertawa seperti dua
sahabat saat bertukar penutup kepala. Soekarno menukar kopiahnya dengan topi a
la komandan militer yang menjadi ciri khas Castro. Che pun tampak senang
mengenakan kopiah Soekarno.
Yang
unik, rombongan kepresidenan sempat berhenti hanya karena petugas polisi yang
memimpin konvoi ingin menghisap cerutu.
Cerita
itu dituturkan ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko dalam buku ‘Sewindu Dekat
Bung Karno’ terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.
Saat
itu dalam konvoi Soekarno ada tiga polisi yang memimpin iring-iringan
kepresidenan sekaligus membuka jalan. Tiba-tiba polisi pemimpin konvoi
menghentikan motornya dan menyuruh konvoi berhenti. Tentu saja semua peserta
bertanya-tanya kenapa konvoi berhenti.
Polisi
itu lalu mengeluarkan cerutu, dan menghampiri sopir Soekarno. Rupanya dia mau
pinjam korek untuk menyalakan cerutu. Setelah menyala, polisi itu lalu memberi
hormat pada Soekarno. Dia menaiki motornya dan memimpin konvoi kembali dengan
gagah. Sambil menghisap cerutu kuba tentu saja.
“Bung
Karno tertawa berderai melihat itu. Rupanya dia cukup paham Kuba masih dalam
revolusi,” ujar Bambang.
Lawatan
ke Kuba sangat mengesankan untuk Soekarno. Sangat berbeda dengan lawatannya ke
Washington beberapa waktu sebelumnya. Kala itu Soekarno tersinggung dengan
Presiden Eisenhower yang sombong. Eisenhower menganggap remeh Soekarno yang
dianggapnya datang dari negara dunia ketiga.
Dibiarkannya Soekarno menunggu di Gedung Putih hampir setengah jam lamanya. Amarah Soekarno pun meledak.
Dibiarkannya Soekarno menunggu di Gedung Putih hampir setengah jam lamanya. Amarah Soekarno pun meledak.
“Apakah
kalian memang bermaksud menghina saya. Sekarang juga saya pergi,” ujar Soekarno
dengan marah.
Para
pejabat AS pun kebingungan. Mereka sibuk meminta maaf dan meminta Soekarno
tinggal. Eisenhower pun segera keluar menemui Soekarno.
Pada pertemuan berikutnya, Eisenhower menjadi lebih ramah. Dia sadar Soekarno tak bisa diremehkan.
Pada pertemuan berikutnya, Eisenhower menjadi lebih ramah. Dia sadar Soekarno tak bisa diremehkan.
8. Repotnya Soekarno beristri
banyak
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, dikenal beristri banyak. Punya
istri banyak dan cemburuan tentu membuat Soekarno pusing. Kadang Soekarno
terpaksa main kucing-kucingan dengan para istrinya.
Ketika
Soekarno menikah dengan Hartini, Fatmawati marah dan keluar dari Istana. Istri
kedua Soekarno ini memilih tinggal di Kebayoran Baru. Hartini pun akhirnya
tidak tinggal di Istana, tetapi di paviliun Istana Bogor. Lalu setelah menikah
dengan Dewi Soekarno, wanita Jepang ini ditempatkan di Wisma Yasoo, Jl Gatot Subroto.
Sementara istri lainnya, Haryati ‘ditaruh’ di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Banyak
kisah lucu soal poligami Soekarno. Misalnya soal surat. Karena sibuk, Soekarno
tidak sempat menulis surat untuk masing-masing istrinya. Maka dia menyuruh juru
tulis Istana untuk mengetikkan surat cinta bagi istrinya.
Tapi
betapa kagetnya Soekarno saat mendapati surat cinta itu diketik di atas kertas
berkop kepresidenan resmi. Lengkap dengan logo burung garuda dan cap
kepresidenan. Bukan itu saja, si pengirim bukan ditulis sebagai ‘mas’ atau
‘Soekarno’ tetapi Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno.
Nah,
akibat banyak istri ini para ajudan pun jadi punya tugas tambahan. Ajudan
Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan semua kerepotan ini.
Para
istri Soekarno ini selalu curiga ke mana Soekarno pergi setelah jam dinas usai.
Apakah menemui istrinya yang lain? ke rumah si A, si B atau si C? Para ajudan
Soekarno pun harus berbohong demi menyelamatkan bos mereka.
“Kami
para ajudannya harus membantu dan mengamankan setiap timbul persoalan. Kalau
perlu harus berbohong, apabila ibu yang satu bertanya apakah Bung Karno bertemu
dengan ibu yang lainnya,” kata Bambang Widjanarko dalam buku ‘Sewindu Dekat
Bung Karno’ terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.
Jika
Soekarno bertanya “Apakah aku sudah rapi?” Maka ‘rapi’ itu artinya bersih dari
bekas lipstik, dan wangi parfum salah satu istrinya. Ajudan pun harus ektra
teliti memeriksa. Jika ada bekas parfum misalnya, maka Soekarno akan pulang
dulu ke Istana Negara untuk mandi dan berganti pakaian.
Pernah
suatu saat, Haryati, mendengar Soekarno sedang menemui istrinya yang lain. Dia
pun marah dan hendak menyusul ke tempat acara. Soekarno yang mendapat laporan,
memerintahkan bagaimana dan apapun caranya, Haryati tak boleh meninggalkan
Slipi.
Maka
‘operasi sabotase’ itu digelar. Awalnya sopir Haryati berpura-pura mobilnya
mogok. Haryati yang murka meminta agar dikirim mobil dari Istana. Tapi
berjam-jam mobil itu tidak juga datang. Saat sopir sudah berhasil menyalakan
mobil yang tadi mogok, sebuah truk tiba-tiba mogok di depan rumahnya. Mobil
Haryati pun tidak bisa keluar dari garasi. Misi sabotase ini sukses.
Repot
memang punya banyak istri yang pencemburu.
9. Bung Karno tak suka wanita
seksi
Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan
mudah menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah mencatat
Bung Karno sembilan kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu wanita seperti
apa yang dicintai Sang Putra Fajar itu.
Untuk
urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko. Perhatian
Bung Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana yang berpakaian
sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita berpenampilan seksi?
Pernah
di satu kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung Karno
bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung Karno
benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati.
“Pada
suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku
tentang jenis perempuan yang kusukai,” ujar Soekaro dalam buku ‘Bung Karno Masa
Muda’ terbitan Pustaka Antar Kota.
Sesaat
Bung Karno memandang sosok Fatmawati yang saat itu berpakaian sederhana dan
sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut mendengar
pertanyaan itu.
“Aku
memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah dan
berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan padanya, aku menyukai
perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang pakai rok pendek, baju
ketat dan gincu bibir yang menyilaukan,” kata Soekarno.
“Saya
lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan senatiasa
mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari generasi
baru, yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring,” tambahnya.
Mungkin
saat itu Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Soekarno yang lugas.
Sampai pada akhirnya jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan
Fatmawati pada tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati,
Sukmawati, dan Guruh.
“Saya
menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya sangat
mencintai anak-anak,” katanya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !